Selamat jalan PES, Komani Mengubah Game Sepakbola Legendaris itu jadi format F2P
Kalian yang tumbuh besar di rental main Winning Eleven disusul PES, harus ikhlas. Konami merilis game baru 'eFootball', tapi penuh monetisasi dan bisa dimainkan di ponsel.
Bagi gamer Indonesia yang tumbuh besar dengan
pengalaman main ke rental Playstation, ada satu game yang otomatis lekat dengan
ingatan: Winning Eleven. Pada masanya, game sepakbola buatan Konami itu
bisa dibilang bahkan jauh lebih keren dari seri FIFA yang dibuat EA Sports, meski
klub-klub di Winning belum dapat lisensi resmi. Nyaris semua rental PS di berbagai
kota selalu menyajikan pemandangan tua-muda asyik main Winning.
Memasuki paruh kedua decade 2000-an, Konami mengubah
brand Winning Eleven menjadi Pro Evolution Soccer, dengan
peningkatan jumlah klub yang memberi lisensi resmi, termasuk diantaranya
Barcelona FC dan Arsenal. Reputasi PES tetap terjaga sebagai salah satu game
olahraga terbaik yang bisa mengimbangi seri FIFA. Namun, setelah 20
tahun, developer Jepang Konami akhirnya mengakhiri seri legendaris mereka.
Tak aka nada lagi game PES yang biasanya dirilis untuk
konsol dan PC. Sebaliknya, Konami merilis brand baru bernama eFootball. Sebetulnya
nama eFootball sudah mulai disematkan ke PES sejak 2019. Namun baru pada
tahun ini brand PES sepenuhnya ditamatkan.
Mengikuti tren industri game masa kini, eFootball memakai
format free-to-play (F2P), dan bisa dimainkan hibrid lewat pc atau sekalian via ponsel di Android ataupun
Apple Store. Namun, seperti lazimnya F2P, akan ada banyak monetasi yang membuat
para pemain membelanjakan duit betulan di gamenya.
Menurut keterangan tertulis dari Konami seperti
dilansir PC Gamer, aka nada beberapa DLZ yang bisa dibeli pemain untuk
meningkatan pengalaman bermain. eFootball kemungkinan bakal
dirilis pada Oktober/November 2021, pertama-tama untuk PC. Pada versi rilisan
awal, baru ada sembilan klub resmi yang bisa dimainkan secara gratis, di
antaranya Barcelona, Juventus, FC Bayern, hingga Manchester United.
Seiring waktu, update dan DLZ akan dirilis berkala, yang bisa saja berarti pemain harus membayar (pakai duit betulan) untuk menambah jumlah klub. Seperti lazimnya PES, gamer juga memiliki opsi membangun timnya sendiri, dan mode campaign ini juga akan jadi DLZ berbayar. Konami beralasan, PES mereka ubah untuk mengikuti perkembangan zaman dimana mayoritas gamer main lewat ponsel mereka.
Seitaro
Kimura, produser di Konami yang bertanggung jawab atas PES hingga eFootball, mengklaim teknologi dari Unreal
Engine yang mereka pakai bisa menampilkan gerakan pesepakbola macam Lionel
Messi lebih halus, terutama dalam situasi one-on-one. Teknologi tersebut mereka
juluki ‘Motion Matching’.
"Berkat pondasi dari Unreal Engine, tim developer Konami mampu membuat teknologi yang memungkinkan eFootball terus kami perbarui berkala hingga bertahun-tahun mendatang," ujar Kimura seperti dikutip Polygun. "Dan lewat motion matching bekerja sama dengan para pesepakbola top dunia, kami meyakini eFootball bisa menyajikan gameplay sepakbola paling realistis dan seru dipasaran."
Teknologi tersebut sekilas mirip HyperMotion diseri 22. Patut kita simak, apakah eFootball bisa kembali menjadi rival FIFA, atau bahkan melampauinya secara kualitas dan komersial, seperti diakhir dekade 90'an.